Sebuah kota
yang aman dan sejahtera, yang dimana-mana penuh dengan kemajuan. Alat
transportasi yang lengkap dan mudah, sehingga kemana-mana mudah dan bebas
macet, dan bebas dari kecelakaan-kecelakaan lalu lintas. Pusat perbelanjaan yang complate, apa saja yang kita
ingin kan sudah tersedia di toko-toko, baik makanan, pakaian, atau
barang-barang lain, semuanya mudah untuk didapat. Kota yang bersih, rukun dan
terkenal dengan pariwisata dan kebudayaan yang unik dan menarik. Tempat-tempat
pariwisatanya yang bagus membuat banyak pengunjung dari luar daerah bahkan dari
luar negara datang untuk mengunjunginya. Selain tempatnya yang bagus, tempatnya
juga bersih dan luas. Seperti air pantainya yang biru, pasir yang putih, dan terlihat
dari atas permukaan laut yang begitu indah. Juga sering diadakan
penampilan-penampilan kebudayaan yang unik. Seperti pertunjukan tari daerah,
pementasan musik-musik klasik, dan permainan-permainan rakyatnya. Tapi itu
semua hanya angan dan hayalan semata. Yang belum tentu aku bisa merasakannya.
Semua penuh dengan kemajuan dan keindahan. Andai kota ini seperti itu….
Libur lebaran
sudah tiba. Saatnya bagiku untuk berkumpul dan berlibur bersama keluarga. Kali
ini Ayah mengajak kami sekeluarga untuk mengunjungi Paman yang tinggal di
Batam. Kami berangkat dari rumah hari Sabtu melalui pelabuahan Tanjung Berlian
sekitar jam 08:15. Kami berangkat menaiki speed tujuan Batam. Sebelum
berangkat, kami mengantri untuk masuk kedalam speed. Disana semua orang yang ingin
berangkat ke Batam saling tolak-menolak agar dapat masuk kedalam lebih dahulu.
Mereka takut kalau tidak kebagian tempat duduk. Gumamku dalam hati. ‘Padahalkan
masing-masing sudah membeli tiket. Tak mungkin penumpang yang sudah membeli
tiket tidak mendapat tempat duduk. Tapi kenapa mereka masih saja desak-desakan
masuk kedalam speed?’ Sekitar jam 10:30 aku bersama keluarga sampai di
pelabuahan Sekupang Batam. Disana aku melihat penumpang-penumpang yang ingin
berangkat menaiki speed. Teratur untuk masuk kedalamnya. Walaupun jumlah mereka
tidak sedikit. Tetapi mereka tidak takuk tidak kebagian tempat duduk. Berbeda
dengan saat aku ingin berangkat tadi. Yang berdesakan untuk masuk ke speed.
Setelah aku keluar dari gerbang pelabuhan Sekupang. Terlihat taksi-taksi
beraturan mengantri untuk mengambil penumpang. Walaupun tedapat banyak
angkutan-angkutan lain yang juga mencari pendapatan. Mereka tetap teratur
mengantri dan tertib.
Malam harinya
paman mengajak kami sekeluarga pergi ke suatu pusat perbelanjaan di Batam.
Yaitu mall Matahari. Begitu luas di dalam gedung tersebut. Lengap semua
barang-barang kebutuhan yang ada disana. Setelah beberapa menit kami
berputar-putar melihat keliling mall. Perut terasa lapar. Kami mampir ke sebuah
restaurant. Tempatnya yang bersih dan pelayanan restauran tersebut juga ramah
dan baik. Sesudah mengisi perut. Kami berjalan lagi untuk berbelanja. Aku dan
mama masuk kesebuah toko pakaian. Disana terdapt banyak terdapat
pakaian-pakaian mulai dari yang paling murah sampai yang paling bermerek. Mulai
dari harga yang Rp30.000 sampai yang berjuta-juta. Ada sebagian pakaian-pakaian
tersebut barang impor dari Singapore. Ternyata banyak perusahaan Batam yang
bekerja sama dengan perusaan singapore. Mereka saling kerja sama untuk mendapat
laba bagi daerah mereka masing-masing. Inilah salah satu sebab mengapa Batam
bisa maju.
Setelah penat
berbelanja, aku pun pulang bersama keluarga ku kerumah Paman ku. Di rumah Paman
aku bercerita kepada ayah tentang apa yang terjadi di toko tadi. Dan aku mengajak
Ayah untuk pergi ke singapore. Aku penasaran bagaimana pula kemajuan di sana.
Ayah pun menyetujui permintaanku. Keesokan harinya. Aku bersama keluarga dan
keluarga paman ku berangkat menuju Singapore. Kami menaiki feri Tujuan
Singapore. Feri yang kami naiki begitu besar dan mewah. Selain nyaman tempatnya
juga bersih dan penumpangnya tertib. Perjalanan kami pun tak terasa lama karena
daerah Batam tidak jauh dari Singapore. Setelah selesai mengecap pasport dan
lain sebagainya, kami pun pergi mencari taksi untuk mencari penginapan. Tak
perlu menunggu waktu lama. Jasa taksi pun menghampiri kami. Dengan pelayanan
drive yang ramah, kami meminta untuk di antar ke penginapan yang ada. Keesokan
harinya, aku beserta keluarga pergi untuk mengelilingi kota yang baru pertama
kali kami datangi. Ternyata di Singapore ini sangat menyanjung tinggi
undang-undang atau peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah daerahnya.
Contohnya saja, sesiapa yang meludah sembarang di manapun akan diberi sangsi.
Sesiapa saja yang membuang sampah sembarangan akan didenda dengan membayar
dengan jumlah yang telah di tentukan. Di sepanjang jalan tidak terlihat satupun
sampah yang berserakan. Pada sore harinya aku bersama keluarga pergi ke suatu
tempat pariwisata yang ada di sana. Yaitu
Tiga hari
telah kami lewati di Singapore. Rabu pagi aku bersama keluarga berangkat menuju
Tanjung Berlian. Karna libur sekolahpun sudah tinggal beberapa hari lagi.
Sekitar jam 09:15 kami sampai di Batam. Sesampainya kami langsung membeli tiket
tujuan Tanjung Berlian. Sekitar jam 11:00 kami sampai di Tanjung Berlian.
Pada hari
Sabtu, aku diajak teman-teman ku untuk merayakan hari libur terakhir ini dengan
konfoi bersama. Kami pun mengililingi kundur bersama. Pertama kami mendatangi
Pantai Lubuk. Karna akhir pekan, disana ramai pengunjung yang datang. baik yang
berkeluarga maupun yang remaja-remaja seperti aku dan teman-temanku. Memang
pantai ini paling di kenal dari pada pantai-pantai yang lain. Tetapi sayangnya
di pinggir pantai banyak terdapat sampah-sampah berserakan. Sehingga air di
pantai itupun tidak terlalu bersih. Bagaimana kalau ada pengunjung dari luar
daerah datang ke sini. Melihat banyak sampah dan kotor. Aku sebagai pemuda
Karimun merasa malu daerahku seperti ini. Gumamku dalam hati. Tapi entah lah, walaupun
sudah di beri peringatan agar membuang sampah pada tempatnya. Tetep saja mereka
membuangsampah sembarangan. Apa jadi kalau daerah ini bila begini terus. Kami
pun melanjutkan konfoi ke pantai Timun. Disana juga banyak pengunjung yang
datang. tapi tak sebanyak pengunjung yang ada di Pantai Lubuk. Disini pantainya
bisa dikatakan bersih. Dan airnya yang biru. Tapi sayangnya, disini tak banyak
terdapat tempat-tempat umum untuk berjajan, MCK, atau tempat beristirahat.
Itulah sebabnya tidak banyak pengunjung yang minat datang ke Pantai Timun ini.
Letihnya kaki
membawa ku duduk disebuah runtuhan pohon kelapa di pinggir pantai. Dengan
tangan mendogang dagu, aku berfikir. Dimana gaungan para pemuda Karimun. pada
hal banyak yang dapat di kembangkan di daerah Karimun ini.
Kebudayaan-kebudayaan nya yang unik, pariwisatanya yang masih bisa lebih di
kembangkan lagi. Coba saja di pantai-pantai yang seperti ini di pertunjukkan
tarian-tarian daerah, atau pementasan musik-musik tradisional atau klasik,
serta fasilitasnya yang lengkap, dan kuliner-kuliner yang mantap. Pasti lebih
banyak pengunjung yang datang dan minat terhadap pariwisata di Karimun. Baik
dari luar daerah maupun dari luar negri. Agar Karimun ini maju, seharusnya para
pemuda-pemuda Karimun menyadari akan gersang dan hampir punahnya pariwisata dan
kebudayaan kita. Dan mereka harus bisa berfikir bagaimana caranya agar daerah
kita memiliki perkembangan yang baik. Mungkin dengan cara mememperbaiki atau
mengembangkan tempat-tempat wisata yang masih belum memadai, dapat juga
mempublikasikan tempat-temat wisata, kebudayaan, keahlian, serta kuliner yang
ada lewat dunia maya(internet). Tidak pula hanya para pemuda yang harus
menyadari semua itu. Masyarakat lain juga harus membantu mengembangkan lagi
kemajuan daerah kita. Karna jika hanya pemudanya saja yang harus jalan dalam
hal ini, hasilnya juga tak akan sempurna. Bangkitkan jiwa sosial kita untuk
kemajuan daerah ini.
Hari sudah
semakin gelap. Saatnya aku bersama teman-temanku pulang. Akupun beranjak dari
duduk ku. Saat jalan menuju keparkiran motor. Ku pandang ke arah matahari yang
mulai redup memerah. Harapku di tahun yang akan datang kota ini menjadi lebih
baik lagi. Dengan pemuda-pemuda yang berprestasi dan dapat membanggakan daerah
sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar