Seperti
kebanyakan di daerah kepulauan lainnya, transportasi air menjadi andalan bagi
masyarakat yang ingin berpergian menyebrangi pulau-pulau di sekitar tempat
tinggal ku. Pelabuhan merupakan tempat paling tersibuk bagi sebagian orang yang
mencari nafkah. Denyut nadi perekonomian masyarakat terjadi di sekitar daerah
pelabuhan. Kegiatan seperti perdagangan dan jasa angkutan penumpang menjadi
pemandangan setiap hari yang bisa kita temui.
Kapal-kapal
besar ,speed boat, serta kapal pengangkut minyak selalu memadati wilayah
pelabuhan. Disamping kapal modern yang telah menggunakan teknologi canggih,
terdapat juga alat transportasi tradisonal yang masih eksis dari jaman nenek
moyang kita dahulu yaitu sampan. Sampan
merupakan kapal ukuran kecil yang bisa memuat kira-kira 10 orang yang digunakan
sebagai alat angkut sehari-hari untuk berbagai kebutuhan baik mengangkut
penumpang untuk menyeberang atau menuju suatu tujuan seperti belanja maupun
untuk mengangkut barang. Seolah-olah tak lekang dimakan oleh zaman, di era
modern seperti saat ini sampan masih menjadi alat angkut favorit bagi
masyarakat kepulauan.
Berbicara mengenai sampan, aku pun teringat pengalaman dari ayah ku di saat masa mudanya dulu profesi sebagai pengayuh sampan pernah di lakoninya. Terlahir dari keluarga nelayan kurang mampu, ayah ku harus berkerja keras membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidup & agar terus bisa bersekolah. Mimpi & cita-cita menjadi orang sukses di kampungnya menjadi motivasi bagi ayah ku untuk terus berusaha. Di saat masa-masa sulit itu, sampan lah yang banyak menolong perekonomian keluarga kami. Setiap sepulang sekolah, ayah selalu bergegas pergi menuju pelabuhan untuk menjadi pengayuh sampan.
Pendapatan
yang diterima dari mengayuh sampan cukup lah lumayan untuk membantu biaya
sekolah pada masa itu. Setiap orang yang ingin menyebarang, harus membayar Rp.
1.000/ orang. Dalam 1 hari kurang lebih
sekitar ada 20 orang yang biasa menggunakan jasa sampan ayah ku. Tak lupa juga ayahku selalu berusaha untuk
menabung dari penghasilan mengayuh sampan. Dari pengahasilan yang terkumpul,
kemudian ayahku bisa menambah jumlah sampan nya 1 buah lagi. Sampan baru itu
untuk disewakan ayah kepada orang lain, kemudian orang tersebut membayar
setoran tiap harinya.
Waktupun
berlalu, tak terasa kini usaha sampan ayah ku telah berkembang dengan pesat.
Dari sampan berjumlah 1 buah, kini bertambah 5 buah. Ini merupakan buah kerja
keras dari ayah ku. Setiap harinya banyak orang yang menyewa sampan kepada ayah
ku, baik itu untuk digunakan berdagang ataupun untuk digunakan sebagai jasa
transportasi. Kini keluarga ku telah mapan & alhamdulillah berkecukupan. Bisa
menyekolahkan kakak ku sampai ke jenjang
perguruan tinggi & juga membiaya sekolah ku selama ini. Itulah sepenggal
cerita pengalaman dari kelurga ku. Terima kasih sampan “berkat kau aku pun bisa
mapan”.
0 komentar:
Posting Komentar